Jari-jari terampil ayah membawaku ke ekstasi

Saat aku terbaring kembali di sofa mewah, tak urung aku pasrah pada sentuhan ahli jari-jari terampil Ayah.Tangannya yang tahu menjelajah ke atas tubuhku, menggoda dan menggiurkanku ke jurang kenikmatan.Dengan setiap usapan lembut, dia membujukku untuk lebih dekat ke tepi, jari-jarinya menari-nari dengan irama sensual yang membuatku terengah-engah dan memohon lebih.Matanya terkunci dengan mataku, seringai bermain di bibirnya karena dia tahu persis bagaimana membuatku menggeliat-geliat dalam kenikmatan.Ruangan itu dipenuhi dengan aroma manis dari hasrat kami bersama, satu-satunya suara desahan lembutku.Dan dengan tiba-tiba, kemudian dengan jarinya, dia menghunjamkan jarinya ke arahku, tanpa ampun dengan intensitas ombak kesenian yang murni, tak terlukiskan.Intensitas kenikmatan yang dimilikinya membuatku semakin terangsang dalam kenikmatan sesaat, dia hanya bisa beraksi tanpa henti menyentuh tubuhku, meninggalkan kenikmatan kenikmatan yang tak terpuaskan lagi padaku.Kenikmatan yang tak pernah dimilikinya, dia ahli dalam seni belaka ini meninggalkanku dalam keadaan tergoda, meninggalkanku untuk sekali lagi merasakan kenikmatan yang tak berkesudahan.